Alasan pertamanya adalah karena nilai tukar Dong lebih rendah daripada Rupiah sehingga bisa jadi surga dibandingkan negara-negara pilihan lainnya. Selain itu, banyak sekali tempat wisatanya, mulai dari wisata alam, tempat-tempat bersejarah, hingga tempat belanja.
Sambil menunggu taksi berbasis-mobile di bandara Ho Chi Min City. |
Lima hari di sana banyak catatan yang saya tulis mengenai negara jajahan Perancis ini. Saya berharap para traveller yang akan mengunjungi Ho Chi Min City akan sangat enjoy bepetualangnya jika sudah mengetahui sedikit banyak tentang kota ini.
Kota ini kurang lebih sama dengan Bandung. Jalannya besar-besar dengan trotoar yang cukup ramah untuk para pejalan kaki yang akan mengeksplor tempat ini. Di kota ada cukup banyak motor bersliweran. Jadi, kita kudu ekstra hati-hati apalagi jika ingin menyeberang jalan. Itu hal pertama yang mesti kamu ingat.
Namun selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang mesti kamu perhatikan. Hal selanjutnya yang perlu diingat baik-baik dan digarisbawahi adalah orang-orang di Vietnam hampir 99 persen tidak bisa berbahasa Inggris. Negara ini sungguh berbeda dengan Thailand yang bahkan penjual makanan pinggir jalan pun mengerti bahasa Inggris meskipun sangat dasar.
Petualangan dimulai saat mencari taksi dari bandara menuju hotel. Namun sebelum mencari taksi, kami mengambil beberapa peta yang disediakan secara gratis. Setelah itu, kami menuju salah satu counter yang menyediakan jasa penyediaan taksi dan juga nomor perdana. Namun setelah nemplok ke beberapa counter, kami melihat taksi berbasis-mobile yang sudah ngehits beberapa waktu yang lalu di Jakarta.
Dan waawwww ... ternyata jika dibandingkan harga taksi berbasis-mobil jauh lebih murah daripada taksi bandara. Kami hanya perlu membayar sekitar 103 Dong untuk menuju hotel di Distrik I. Karena aplikasi menggunakan aksara Vietnam, kami dibantu oleh petugas untuk mengordernya. Setelahnya, kami pun diarahkan menunggu di lobi bandara, menunggu taksi kami menjemput.
Tak berapa lama taksi datang. Perut kami sudah keroncongan minta diisi. Saya pun bertanya pada sopir di mana ada restoran halal dengan bahasa Inggris yang sangat simpel, “Sir, where is the halal restaurant?” Dan yesss ... dia sama sekali tidak mengerti apa yang saya katakan.
Kemudian supir berinisiatif menyalakan Google Translate Voice. Saya menekan ikon rekam. Namun entah mengapa, aplikasi itu tidak bisa berjalan, padahal saya sudah mencobanya hampir 10 kali. Akhirnya semua pihak putus asa, saya pun segera menggunakan bahasa tubuh. Kabar buruknya, dia juga sama sekali tidak mengerti apa yang saya maksud.
Saya akhirnya membatalkan untuk menanyakan di mana apotek berada. Padahal saya ingin membeli cairan lensa kontak yang disita oleh pihak bea cukai di Kuala Lumpur. Kami sampai di hotel dan tidak mood lagi untuk makan malam.
Kami pun segera tidur. Besok jadwal kami adalah berjalan kaki mengelilingi Ho Chi Min City. Menurut informasi dari beberapa blog, sungguh mudah mengelilingi Ho Chi Min City sehingga kami memang tidak menyiapkan guide untuk city tour.
Peta sudah disiapkan. Sepatu sudah nyaman. Masa iya kejadian semalam terulang. Toh yang kami cari adalah tempat-tempat yang top di Ho Chi Min City. Namun kami kembali harus menelan kekecewaan, bahkan ketika kami menyebutkan kata Opera House, tak ada satu pun orang sana yang mengerti, padahal jarak tempat kami bertanya dengan Opera House tak begitu jauh. Yaelahhh ... ampun dehhhh....
Oleh karena itu, tips pertama bagi kamu yang tidak mau ribet, pastikan kamu punya tour guide ke mana pun kamu pergi.
Sibuk dengan peta mencari objek wisata. (Foto Koleksi Pribadi) |
Kejadian ini masih di hari pertama, ketika kami melewati penjual pisang dan ubi goreng. Ketika kami membeli, ada seorang pelajar lokal yang juga mau membeli pisang goreng dan kebetulan bisa berbahasa Inggris. Kata perempuan Vietnam itu, harga per biji pisang adalah 1.000 Dong. Namun penjual pisang goreng yang terbilang nenek-nenek itu menghardiknya, seketika itu juga perempuan manis itu merevisi harga pisang goreng. ”10.000 Dong untuk 7 pisang atau ubi goreng,” dia pun buru-buru pergi.
So, tips kedua adalah don’t sweat by little thing. Sudahlah jangan biarkan hal kecil yang tidak penting itu tersebut merusak mood Anda.
Namun kejadian hari berikutnya mengenai uang sungguh-sungguh merusak mood kami. Hari kedua kami berkunjung ke Fairy Stream di Muine. Tempatnya sungguh indah, ada canyon warna putih hingga merah yang terbentuk dari pasir yang memadat. Di depan tempat wisata itu tidak ada loket. Hanya ada sebuah pengumuman yang ditulis di atas kardus bekas “5.000 Dong per wisatawan. Murah sekali. Kami pun dipersilakan untuk menaruh alas kaki kami karena kami akan melewati semacam sungai dengan air semata kaki. Salah satu guide pun langsung menghampiri kami.
Kami berjalan melewati indahnya canyon. Kamu juga bisa mengendarai burung unta di sini. Sekitar setengah jam kami berjalan. Dan ketika kami di setengah perjalanan pulang, si guide memberhentikan kami dan meminta kami membayarkan sejumlah uang.
Kami bertujuh memang sudah merencanakan untuk memberikan tips bagi guide kami dari HTM yang tertera di depan objek wisata ini. Namun begitu kagetnya, ketika dia menyebutkan sebuah harga yang tidak masuk akal, 500.000 Dong.
Very Stream, salah satu objek wisata di Vietnam |
Ohhh My God... Mood kami benar-benar drop. Jakarta mana Jakarta?
Namun show must go on. Setelah membayar si guide, kami juga harus membayar 5.000 Dong/orang untuk biaya titip alas kaki. Jadi sebenarnya harga yang tertera di kardus bekas adalah biaya titip sepatu.
Selain itu, kami juga harus membayar parkir mobil karena sopir Vietnam kami tidak mau membayarnya. Padahal menurut travel agent, kami tidak perlu membayar apa-apa lagi jika sudah sampai di tempat wisata.
Jadi tips ketiga yang mesti kamu perhatikan HATI-HATI dengan masalah uang. Pastikan berapa yang harus Anda bayar karena yang tertulis bisa jadi hanya jebakan.
Berdasarkan pengalaman tersebut, kami menjadi sangat berhati-hati di tujuan wisata kami setelahnya, yaitu gurun dengan pasir warna putih (White Sand Dune).
White Sand Dune (Foto Koleksi Pribadi) |
Akibat trauma, kami tetap duduk dan menunggu hingga akhirnya sopir kami berteriak “Freee..... freee.” Kami masih tidak percaya dan waswas. Sebenarnya bagi kami ini bukan masalah besarnya jumlah uang. Namun menjadi korban penipuan, rasanya sungguh-sungguh bodoh dan menyakitkan.
Di depan pintu masuk tersebut ada semacam tempat makan yang sederhana. Kami pun memesan rujak buah yang terdiri dari mangga dan jambu biji. Kami pun duduk di sana sambil berdiskusi.
Dari kejauhan ada seseorang yang menawari kami jeep untuk mengeksplorasi gurun pasir. Katanya harga sewa jeep selama 30 menit dan berhenti di dua tempat, yaitu puncak gurun dan tepi sungai adalah 600.000 Dong. Itu adalah dua tempat favorit di sini. Kami tidak buru-buru memutuskan, kami santai menikmati buah kami yang dimakan dengan cocolan garam buah.
Setelah kelar, kami mendekati penyewaan jeep dan bertanya berapa harga sewa jeep. Dan Taraaaaa... harga sewa jeep naik menjadi 700.000 Dong. Kami tidak mau. Kami mau harga 600.000 Dong seperti yang ditawarkan oleh orang pertama.
Akhirnya kami pun membayar sesuai dengan harga tersebut dan kami tekankan bahwa kami tidak akan membayar uang selain jumlah itu. Kami sangat belajar dari pengalaman terdahulu. Akhirnya deal dan kami naik jeep.
Seru sekali perjalanan kami di sini. Mood kembali naik. Ohhh I really love Vietnam. Tempatnya begitu indah. Kami berfoto di spot-spot terbaik. Wahh seru deh.
Namun tiba-tiba mood kami kembali drop, ketika salah satu teman kehilangan uangnya sebanyak 600.000 Dong. Sungguh di luar dugaan kami, selama kami berfoto di gurun pasir,kami meninggalkan tas kami di jeep.
Di saat berfoto, si sopir dua kali menaikkan kap mobilnya. Akhirnya barulah kami tersadar di saat itulah dia mencuri uang di dompet pink cantik itu. Jadi, tips keempat adalah berhati-hatilah dengan barang milik Anda. Ribet sedikit tidak apa-apa, daripada Anda kehilangan barang berharga Anda.
Tipsnya tidak berhenti di sini. Saya akan bercerita pengalaman saya ketika berbelanja di Ben Than Market. Ini penting sekali bagi para pecinta shopping di mana pun Anda berada.
Jadi, salah seorang teman ingin membeli sepatu olahraga, entah KW berapa saya tak tahu pasti. Kami pun berpindah dari satu toko ke toko lainnya, pastinya ingin mencari yang termurah. Di toko pertama kami sudah mendapatkan merek dan model yang diinginkan. Namun, harganya belum cocok sehingga kami memutuskan untuk melihat toko-toko lain.
Di toko kedua kami disambut oleh penjual dan dipersilakan untuk duduk. Kami yang sudah lumayan lelah, langsung meluruskan kaki di kursi plastik yang disediakan penjual. Kami pun menunjuk sepatu sport abu-abu. Sayang, harganya lebih mahal daripada toko pertama. Kami menawarnya dengan harga lebih murah dari toko pertama.
Si penjual tak senang kami menawar lalu berkata demikian, “sudah duduk, tetapi tidak beli. Kalau tidak serius, jangan pernah duduk di sini.”
“Yaelah, loe yang nyodorin.” Kata kami berpandangan.
Kami pun langsung meninggalkan toko tersebut. Waduhhhh... para penjualnya tidak ramah turis. Kami pun beralih ke toko ketiga. Toko ini kembali menyodorkan tempat duduk dan menanyakan berapa ukuran sepatu yang diinginkan. Kami menolak. Deal dulu harganya baru kami akan duduk dan memberi tahu ukuran sepatu yang kami mau.
Namun dia tetap berusaha meminta teman saya mencoba ukuran sepatu yang dia inginkan. Kami tetap menolaknya dan menanyakan berapa harga sepatunya. Dia menyebutkan sebuah harga, kami pun menawarnya. Penjual lelaki yang masih muda itu pun kemudian menyuruh kami pergi dan bilang kami tidak serius untuk membeli barang dagangannya. Lho ... numpang tanya ... apa salah kami sebenarnya? Masa barang di pasar nga bisa ditawar? Gilak....
Jadi tips kelima, jika dipersilakan duduk, jangan pernah duduk jika harga belum deal. Selain itu jangan juga pernah bersandar di sebuah toko karena penjualnya tak segan mengomeli Anda.
Tips terakhir yang perlu Anda ingat adalah lalu lintas di Ho Chi Minh begitu crowded. Jumlah motornya cukup banyak. Jadi, berhati-hatilah jika ingin menyeberang jalan.
Hal terpenting lainnya yang perlu Anda ingat adalah Ben Than Market amat terkenal dengan pencopetnya. Jadi berhati-hatilah saat berbelanja. Pastikan Anda menggegam erat dompet dan tas Anda.
Ohhh ya ... Muslim merupakan agama minoritas di Ho Chi Min City sehingga kebanyakan makanan yang dijual adalah makanan non-halal. Sebenarnya banyak juga makanan halal di di sini. Salah satunya yang di dekat Ben Than Market. Namun tak ada salahnya jika Anda tetap membawa makanan instan saat ke sini. In case Anda sulit menemukannya. Ini tips keenam yang tidak kalah penting.
Deretan restoran halal di Ben Than Market Ho Chi Min City |
Saya yakin jika Anda memperhatikan tips-tips tadi perjalanan Anda di Ho Chi Min City, piknik kamu akan jauh lebih fun dan tidak moody. Pokoknya siapkan mental dan kesehatan. Selamat berkesplorasi! Selamat menikmati indah dan crowded-nya Ho Chi Min City!
Belum apa apa ko aku udah bad mood ya... =___= jangankan harga yg naikin 2kali lipatnya... Beli botol air mineral yg beda 1.500idr aja udah nyesek.. Hahaha
BalasHapusWkkkk bener banget tuhhh mba. Kesel
HapusIh kok aku jadi kesel ya sama vietnam. Kesannya org2nya garamah turis sama sekaliii. Huhuhu. Makasi infonya ya Maaak
BalasHapusSama-sam mak.... semoga bermanfaat klo jalan k sana
Hapusmasih mending indo berati ya banyak ngerti bahasa inggris hihihi :D
BalasHapuswww.leeviahan.com
Hooohhh dan ramah2 orangnya
Hapusserem juga ya mbak kalo travelling kesana sendirian -_-
BalasHapuskalo sama temen temen masih enak :3
dan pejualnya masih lebih ramah di indo berarti :3
http://rusydinat.blogspot.com
Ya klo sendirian yg penting punya guide. Klo nga, bingung nanya nga ada yang paham
BalasHapusYa klo sendirian yg penting punya guide. Klo nga, bingung nanya nga ada yang paham
BalasHapusThx
BalasHapusThx
BalasHapus