www.freedigitalphotos.net |
Saya teringat waktu saya dulu dan
dulu banget di bangku SD. Saya bukanlah anak perempuan yang cantik meskipun
setiap hari mama saya selalu mengatakan bahwa saya adalah salah satu putrinya
yang paling cantik. Hitam manis atau hitam-hitam kereta api, walau hitam banyak
yang menanti. Awalnya saya sangat mempercayai hal tersebut. Namun kepercayaan tersebut
berangsur-angsur berkurang ketika sanak-saudara selalu membanding-bandingkan
saya dengan saudari-saudari saya yang lainnya ketika mereka datang berkunjung
ke rumah atau pada saat pertemuan-pertemuan keluarga lainnya.
Pada saat bertemu saya akan
menghampiri mereka dan menjabat tangan mereka satu per satu. Biasanya pada saat saya melakukan ritual itu,
ada saja salah satu sanak-saudara yang selalu nyeletuk kata “Birong Galot”. Awalnya
saya tak tahu apa arti kata tersebut. Dasarnya anak kecil polos yang selalu
berpikir positif. Dulu saya pikir kata “Birong Galot” artinya cantik banget seh
kamu atau setidaknya baik banget seh kamu. Ehhh ngak tahunya itu maknanya Hitam
Banget seh loe alias jelek banget sehhhhh kamu. Pada saat itulah saya tak
pernah mempercayai lagi kata-kata Mama bahwa saya adalah anak perempuannya yang
paling cantik.
Di sekolah, lahir dengan pigmen
di atas rata-rata adalah tantangan tersendiri bagi saya. Oleh karena itu, saya
pun tak pernah sirik dengan Dian, bunga kelas yang katanya paling cantik yang
selalu digoda oleh seluruh anak laki-laki di kelas. Perempuan mungil yang berkulit
putih dengan paras yang cantik, walaupun menurut saya hidungnya agak pesek dan
sudah berjerawat sebelum waktunya.
Lho sebenarnya apa hubungannya
antara pengalaman saya dan gadis cilik yang di Jogjakarta itu? Ini sebenarnya
agak sotoy. Namun menurut analisis dan
pengalaman saya, mengapa gadis kecil tersebut sampai nekat membakar kelasnya.
Pasti karena dia sudah tidak tahan di-bully oleh teman-temannya. Alasan mengapa
dia bisa menjadi sasaran empun bullying adalah karena dia mempunyai sesuatu
yang unik yang dianggapnya sebuah kelemahan oleh teman-temannya. Ini sotoynya
saya karena saya tak pernah melihat wajah dan tubuh gadis cilik tersebut di
media massa mana pun. Dalam hal ini saya
sangat mengucapkan terima kasih untuk para awak media.
Namun jika suatu saat saya
bertemu dengan gadis cilik tersebut saya akan berkata kepadanya “jangan sedih”.
Bukan hanya kamu yang pernah jadi korban bullying. Kamu kenal tidak dengan Rihanna
tidak, artis berkulit hitam yang selalu tampil kece dan nyentrik itu. Dulunya
dia di-bully oleh teman-temannya karena kulitnya yang lebih terang dibandingkan
kulit-kulit temannya.
Enggak kamu saja kok yang di-bully.
Tom Cruise saja juga dulu di-bully karena dia menderita disleksia alias susah
baca. Ssttt.... penyanyi cantik Jessica Simpson juga dulu pernah di-bully karena
ukuran payudaranya yang lebih besar dibandingkan anak-anak seusianya. Victoria
Beckham yang mantan anggota Spice Girl dan saat ini adalah perancang mode
terkenal yang tak pernah senyum itu juga pernah di-bully teman-temannya. Mereka
tak suka dengan keinginan Ibunda Harper ini yang begitu besar untuk menjadi
artis. Tapi lihat, para korban bullying itu sekarang sudah menjadi orang-orang
besar dan terkenal. Semoga Nak, kamu bisa lebih hebat dibandingkan orang-orang
itu! Semangat ya!
Jika dianalisis lebih dalam lagi, kita bisa lihat budaya bullying sudah
ada sejak lama. Yang kuat menekan yang lemah atau bahasa kerennya Homo Homoni Lupus. Namun demikian,
sekarang budaya bullying semakin kejam, bahkan ada anak yang akhirnya depresi
dan bunuh diri karena sikap agresif teman-temannya. Khusus di Indonesia, budaya
bullying semakin menggila dengan banyaknya siaran muatan lokal di mana
perbuatan-perbuatan bullying dipertontonkon di depan publik. Bahkan lebih gilanya
akibat membully orang di depan publik, artis-artis tersebut menjelma idola
semua. Oh what a crazy world?
Semuanya tertawa sambil bilang “Mereka (artis) lucu-lucu ya”. Padahal di balik
itu mereka sudah melukai hati sesama. Hal tersebutlah yang dicontoh oleh
anak-anak kita sehingga bullying semakin marak.
Namun ternyata bukan dari artis
saja anak-anak mencontoh perilaku bullying. Pada suatu hari saya dengan
keponakan saya melewati rumah tetangga. Tiba-tiba ada seorang kakek mengatakan
hal berikut, “mau ke mana Black?”
Saya pikir ucapan tersebut tidak
ditujukan kepada kami dan ternyata setelah ditelusuri kata Black
sungguh-sungguh ia tujukan untuk keponakan saya yang tampak sangat sewot dengan
kalimat itu. Pada saat itu ingin rasanya saya merobek-robek mulut lelaki tua
itu.
Lihat! Bukan hanya artis yang
mengajari anak-anak kita. Orang tua yang sudah uzur yang kita anggap sangat
bijaksana melakukan hal tersebut. Entah sadar atau tidak akibat perbuatannya
itu. Jangan-jangan saat kita berkoar-koar bilang hentikan bullying, kita juga
melakukan hal yang sama. Hati-hati, mulutmu harimaumu. Jangan lakukan hal yang sama!
kalau menurut saya peran ortu sangat besar dalam kasus bullying ini. peranan dalam membentuk konsep diri, mengajarkan kendali emosi serta mengajarkan problem solving. Saya pernah buat tulisan ttg review film the ant bully http://mynameera.blogspot.co.id/2016/04/review-film-ant-bully.html jika tidak keberatan mampir y mba :)
BalasHapusBully mmg menakutkan dan meninggalkan luka terdalam
BalasHapuskalo gw dulu waktu kecil juga suka di bully, macam nich "Cumi ganteng banget" #laluDigampar