Ketika
kegagalan datang silih berganti dalam kehidupan. Dunia memberi kita
dua pilihan. Berhenti di tengah jalan dan membuang semua impian kita
atau terus berlari, meskipun tertatih dan terjatuh, menuju garis
finish hingga kita
layak disebut Sang Juara.
Pilihan
itu ada di tangan kita, apakah kita akan menjadi seorang juara atau
pecundang. Kegigihan, kerja keras, dan selalu ingin belajar merupakan
kunci sukses keberhasilan. Ketiga hal itulah yang mengantarkan
Soichiro Honda, seorang industrialis dari Jepang, menjadi seorang
juara dalam kehidupannya.
Honda
berasal dari keluarga yang miskin, tetapi sejak kecil dia sudah
sangat bergairah dalam dunia permesinan. Ayahnya tidak dapat
mengirimnya ke sekolah formal. Namun demikian, keinginannya untuk
belajar tidak pernah padam. Dia rela menjadi seorang baby
sitter pemilik
bengkel karena keinginannya itu. Jadi, ketika malam telah turun dan
bengkel telah ditutup, Honda akan diam-diam menyelinap ke dalamnya
untuk melihat dan mempelajari semua hal tentang mesin.
Keterampilan
dan pengetahuannya itu yang mengantarkan Honda menjadi seorang kepala
bengkel di tempatnya bekerja. Di tengah kesibukannya, Honda juga
menciptakan Ring Piston yang nantinya akan membawanya menjadi seorang
industrialis.
Namun
sayangnya, bukanlah hal yang mudah untuk menggapai cita-cita. Hal
itulah yang dialami Honda. Dengan bangga dia menawarkan Ring
Pistonnya ke seluruh pabrikan otomotif. Namun tak ada satu pun yang
tertarik karena masih banyaknya kelemahan dalam barang ciptaannya
tersebut.
Penolakan
tersebut merupakan pukulan yang amat berat. Oleh karena itu, dia
menderita sakit yang sangat parah. Untungnya, dia cepat pulih dari
keterpurukannya. Untuk menyempurnakan Ring Pistonnya, dia menimba
ilmu di sebuah sekolah tinggi. Namun karena dia sering tidak masuk,
Honda dikeluarkan dari sekolahnya.
Beruntungnya,
pada saat yang hampir bersamaan, Honda memperoleh kontrak dari Toyota
untuk menjadi supplier Ring
Piston. Kemudian dibangunlah pabrik untuk produksi massal Ring
Piston. Namun Dewi Fortuna ternyata masih belum berpihak padanya,
pabrik yang dibangunnya kemudian terbakar habis. Dari sisa-sisa
kehancurannya, Honda kembali membangun pabriknya. Sayangnya, untuk
kedua kalinya sang jago merah melalap pabrik impiannya.
Honda
tak putus asa, dia kembali membangun pabriknya. Namun sekali lagi
musibah menimpa Honda. Gempa bumi kembali merusak pabrik yang baru
saja dibangunnya. Tiga kegagalan itu membuatnya tidak memiliki
pilihan, selain menjual pabriknya.
Namun,
seorang pemenang tidak pernah berhenti untuk terus merealisasikan
mimpinya. Itulah yang membedakannya dengan seorang pecundang. Honda
kemudian memutar kemudinya. Kali ini dia memulai bisnisnya dari nol.
Dia membuat sebuah mesin kecil yang ditempel di sepeda. Kreativitas
barunya ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Honda
kemudian mendirikan pabrik untuk memenuhi permintaan yang besar.
Hingga akhirnya dia memiliki perakitan sepeda motor dengan merk Honda
yang saat ini kita kenal dengan baik.
Honda,
sang juara, tidak pernah putus asa dalam menjalani kehidupan yang
panjang dan berliku. Di saat jatuh dan sakit, dia ingat untuk kembali
bangkit dan kemudian mulai berjalan secara perlahan. Namun ketika
energinya terkumpul, Honda meluncur dengan cepat menggapai impiannya.
Anda
dapat mencontoh Honda. Ketika Anda memperoleh kegagalan demi
kegagalan dan Anda merasa bukanlah siapa-siapa hari ini. Sadarilah
dunia masih berputar dan Anda masih dapat merealisasikan
impian-impian Anda menjadi kenyataan. Kuncinya adalah jangan pernah
berhenti dan teruslah berusaha dan jadilah juara dalam kehidupan
Anda.
![]() |
credit:time.com |
0 komentar:
Posting Komentar