Diberdayakan oleh Blogger.

Tingkatkan Produktivitas Pertanian, Enyahkan Kelaparan

Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak atas Pangan (Sumber FAA PPMI)
Pertama kali melihat undangan dari FAA PPMI saya tertarik dengan temanya, yaitu  "Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak atas Pangan". Mungkin karena saya adalah cucunya petani jadi meskipun tema Media Talk yang dihelat FAA PPMI ini agak sedikit berat, saya tetap hadir di Hotel Ibis Tamarin Menteng pada tanggal 30 Oktober 2017.

Benar dugaan saja, para pembicara hadir dengan materi yang sangat berbobot dengan diagram, tabel, dan angka yang cukup banyak. Untungnya, karena tema mengenai pangan sangat dekat keseharian kita,  diskusi menjadi sangat smooth dan mudah dimengerti. Hadir sebagai pembicara pertama Bapak Tjuk Eko Hari Basuki (Kepala Pusat Ketersediaan Kerawanan Pangan Kementrian Pertanian). Pembicara yang paling sepuh ini mengatakan bahwa dia sangat meyakini Bumi dan segalanya isinya sungguh mampu menyediakan SEMUA manusia makanan. Namun pada kenyataannya mengapa masih banyak penduduk Indonesia yang masih menderita kelaparan?

Kendala Pertanian di Indonesia
Sistem pertanian Indonesia menurut Tjuk sarat dengan kearifan lokal sesuai nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan masyarakat di setiap daerah.  Ketika hal-hal tersebut diintervensi oleh pihak tertentu, seperti penyeragaman penanaman satu tumbuhan dengan bibit yang sama pula, terjadi masalah yang menyebabkan penurunan produksi pertanian yang pada akhirnya menyebabkan sejumlah orang kesulitan mengakses bahan makanan. Begitu juga dengan kearifan lokal pola dan metode pertanian. Masing-masing daerah memiliki kearifan lokalnya yang berbeda. Ketika kita menutup mata pada hal tersebut, terjadilah hal-hal yang tidak kita inginkan.
Para pembicara dan moderator acara (Foto Koleksi Pribadi)
Selain kendala tersebut di atas, ada lima kendala lagi yang menyebabkan produksi pangan di Indonesia menurun. Hal tersebut diungkapkan oleh Khudori (Pengamat Pertanian dan Pangan FAA PPMI). Kesuburan tanah yang sudah sangat menurun (soil fatigue) merupakan salah satu faktor penyebabnya. Tanah yang bertahun-tahun digunakan akan berkurang unsur haranya. Tidak mengherankan jika dulu singkong alias ubi jalar bisa sebesar betis orang dewasa, tetapi saat ini ukurannya bisa jauh lebih kecil.

Kendala lainnya yang juga memberi efek yang signifikan karena sebagian besar petani di Indonesia adalah petani gurem. Perubahan iklim yang sulit diprediksi juga merupakan memegang kendali yang penting. Hal ini menyebabkan pergeseran musim tanam akibat perubahan musim kemarau/hujan, gagal panen/tumbuh akibat kebanjiran dan kehujanan, serta adanya serangan organisme pengganggu tanaman. Kendala lainya adalah pemberian subsidi pupuk dan benih yang tak sesuai dengan kebutuhan. Dua yang terakhir adalah sumber air di hulu yang sudah rusak dan banyaknya konversi lahan dan infrastruktur.

Noor Advianto (Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas) yang hadir sebagai salah seorang pembicara juga mengungkapkan hal yang kurang lebih sama dengan Khudori. Kendala-kendala tersebut mesti dienyahkan terlebih dahulu sehingga Indonesia dapat mencapai Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan. Negara dan bangsa harus mampu memproduksi makanan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara manfaat.

Kerja Sama Berbagai Lembaga Tingkatkan Produksi Pertanian
Masalah pertanian Indonesia yang semakin terpuruk bukan hanya masalah orang per orangan atau kelompok. Ini masalah yang kompleks dan setiap orang mesti bergerak bersatu-padu demi kembali jayanya pertanian Indonesia, lalu katakan tidak pada  kemiskinan dan kelaparan.

Dalam  hal ini, Bappenas sudah menetapkan langkah-langkah strategi Kebijakan Jangka Menengah (RPJMN 2015-2019). Dalam jangka waktu tersebut Pemerintah akan mencetak 1 juta hektar sawah baru khususnya di luar Jawa dan 1 juta hektar lahan kering jagung dan kedelai di luar Jawa Bali. Langkah-langkah lainnya adalah  merehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi rusak dan melakukan pemeliharaan jaringan irigasi. Langkah strategis lainnya pencegahan konversi lahan padi beririgasi, peningkatan produktivitas dari 5,3 ton/hektar (2015), bisa menjadi 5,5 ton/hektar (2019) dan 5,9 ton/hektar (2025).  Pemerintah juga memberikan perlindungan bagi petani yang mengalami kegagalan panen melalui asuransi pertanian.
Pemerintah akan mencetak 1 juta hektar sawah baru khususnya di luar Jawa (Sumber foto: freedigitalphotos.net)
Dalam melakukan langkah-langkah strategis  ini perempuan mesti terus dilibatkan dalam mekanisme produksi pangan.  Perempuan juga berperan aktif melaksanakan pertanian bekelanjutan karena pada dasarnya lelaki dan perempuan memiliki fungsi yang berbeda  dalam bidang pertanian. Jika tidak diberdayakan dengan tepat, langkah-langkah strategis untuk memajukan pertanian berkelanjutan akan sulit untuk berhasil. Hal tersebut dikemukakan oleh Dini Widiastuti (Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia) Dalam hal ini Oxfam Indonesia yang merupakan salah satu LSM Internasional juga memiiiliki komitmen untuk mencapai Sustainable Development Goal’s. Salah satu tujuan adalah mengakhiri kelaparan melalui pencapaian ketahanan pangan, peningkatan nutrisi, dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Perempuan Indonesia Ikut Serta dalam Program Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak atas Pangan (Sumber foto: Oxfam  Indonesia)
Kamu Juga Bisa Ikut Berpartisipasi
Banyak yang berpikir jika masalah produktivitas pertanian dan kelaparan adalah semata-mata tugas Pemeritah dan lembaga-lembaga besar saja. Namun kehadiran Dea Ananda sebagai salah seorang pembicara memberi perspektif baru bagi saya. Dari mantan  artis cilik ini saya mengetahui bahwa 33,3 persen makanan kita terbuang percuma di tong-tong sampah. Seandainya kita bisa lebih berhati-hati dan  menghabiskan makanan secukupnya, tentu saja sisa-sisa makanan tersebut sangat membantu saudara-saudara kita yang kelaparan.
Dea Ananda Tampil sebagai Pembicara (Sumber Dokumentasi FAA PPMI (Sumber dokumentasi FAA PPMI)
Bukan hanya itu, Dea Ananda juga menceritakan tentang gaya makannya yang sangat Indonesia sekali.  Sedari kecil dia sudah terbiasa dengan sayur asem hingga oncom dan baginya makanan-makanan ala Barat  dan serba instan sejak dahulu sudah sangat dibatasi. Hal-hal baik yang telah ditanamkan sejak kecil oleh ibunya tersebut dan sampai sekarang tetap dijalankan dan ditularkan kepada suami tercintanya.

Namun pernah suat saat dia ikut-ikutan makanan ala-ala luar negri dengan menambahkan chia ke dalam makanannya. Hasilnya dia mesti diopname di rumah sakit karena pencernaannya yang begitu lancar. Apa pesan Dea Ananda untuk kita dalam hal ini? Pesannya adalah kita harus lebih mencintai makanan-makanan lokal yang tak kalah bergizi, sehat, dan lezatnya dibandingkan makanan dari luar. Selain itu,tentunya harganya lebih murah. Dia mengajak kita untuk  bisa berbangga seperti artis-artis Korea yang sangat bangga dengan kimchinya atau seperti orang-orang Jepang yang sangat bangga dengan sushinya.

Percayalah dengan rasa bangga tersebut, kita bisa membantu para petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan katakan selamat tinggal pada kelaparan. Ayo kita bergandengan tangan untuk itu!




Share on Google Plus

About sontafrisca

Usaha tidak akan pernah sia-sia jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

6 komentar:

  1. Buat sukseskan kedaulatan pangan kita sebagai konsumen juga bisa berperan dengan makan secukupnya ya.

    BalasHapus
  2. Yap, setuju sama Helena, sbg konsumen, salah satu upaya yg bisa kita lakukan adalah dg menjadi konsumen cerdas dan makan secukupnya. Pikirkan masih ada orang lain yg membutuhkan, jangan buang makanan :)

    BalasHapus
  3. Acara ini membukakan mata bahwa keberagaman pangan lokal kita sangat bervariasi tapi kurang dioptimalkan manfaatnya :(

    BalasHapus
  4. Kalo bukan kita yang memajukan,siapa lagi.Pangan kita adalah aset negara

    BalasHapus
  5. Program pertanian musti digalakkan agar generasi sekrang bangga menjadi petani

    BalasHapus