Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak atas Pangan (Sumber FAA PPMI) |
Benar dugaan saja, para pembicara hadir dengan materi yang sangat berbobot dengan diagram, tabel, dan angka yang cukup banyak. Untungnya, karena tema mengenai pangan sangat dekat keseharian kita, diskusi menjadi sangat smooth dan mudah dimengerti. Hadir sebagai pembicara pertama Bapak Tjuk Eko Hari Basuki (Kepala Pusat Ketersediaan Kerawanan Pangan Kementrian Pertanian). Pembicara yang paling sepuh ini mengatakan bahwa dia sangat meyakini Bumi dan segalanya isinya sungguh mampu menyediakan SEMUA manusia makanan. Namun pada kenyataannya mengapa masih banyak penduduk Indonesia yang masih menderita kelaparan?
Kendala Pertanian di Indonesia
Sistem pertanian Indonesia menurut Tjuk sarat dengan kearifan lokal sesuai nilai-nilai yang dianut dan dipraktikkan masyarakat di setiap daerah. Ketika hal-hal tersebut diintervensi oleh pihak tertentu, seperti penyeragaman penanaman satu tumbuhan dengan bibit yang sama pula, terjadi masalah yang menyebabkan penurunan produksi pertanian yang pada akhirnya menyebabkan sejumlah orang kesulitan mengakses bahan makanan. Begitu juga dengan kearifan lokal pola dan metode pertanian. Masing-masing daerah memiliki kearifan lokalnya yang berbeda. Ketika kita menutup mata pada hal tersebut, terjadilah hal-hal yang tidak kita inginkan.
Para pembicara dan moderator acara (Foto Koleksi Pribadi) |
Kendala lainnya yang juga memberi efek yang signifikan karena sebagian besar petani di Indonesia adalah petani gurem. Perubahan iklim yang sulit diprediksi juga merupakan memegang kendali yang penting. Hal ini menyebabkan pergeseran musim tanam akibat perubahan musim kemarau/hujan, gagal panen/tumbuh akibat kebanjiran dan kehujanan, serta adanya serangan organisme pengganggu tanaman. Kendala lainya adalah pemberian subsidi pupuk dan benih yang tak sesuai dengan kebutuhan. Dua yang terakhir adalah sumber air di hulu yang sudah rusak dan banyaknya konversi lahan dan infrastruktur.
Noor Advianto (Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas) yang hadir sebagai salah seorang pembicara juga mengungkapkan hal yang kurang lebih sama dengan Khudori. Kendala-kendala tersebut mesti dienyahkan terlebih dahulu sehingga Indonesia dapat mencapai Kedaulatan, Kemandirian, dan Ketahanan Pangan. Negara dan bangsa harus mampu memproduksi makanan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara manfaat.
Kerja Sama Berbagai Lembaga Tingkatkan Produksi Pertanian
Masalah pertanian Indonesia yang semakin terpuruk bukan hanya masalah orang per orangan atau kelompok. Ini masalah yang kompleks dan setiap orang mesti bergerak bersatu-padu demi kembali jayanya pertanian Indonesia, lalu katakan tidak pada kemiskinan dan kelaparan.
Dalam hal ini, Bappenas sudah menetapkan langkah-langkah strategi Kebijakan Jangka Menengah (RPJMN 2015-2019). Dalam jangka waktu tersebut Pemerintah akan mencetak 1 juta hektar sawah baru khususnya di luar Jawa dan 1 juta hektar lahan kering jagung dan kedelai di luar Jawa Bali. Langkah-langkah lainnya adalah merehabilitasi 3 juta hektar jaringan irigasi rusak dan melakukan pemeliharaan jaringan irigasi. Langkah strategis lainnya pencegahan konversi lahan padi beririgasi, peningkatan produktivitas dari 5,3 ton/hektar (2015), bisa menjadi 5,5 ton/hektar (2019) dan 5,9 ton/hektar (2025). Pemerintah juga memberikan perlindungan bagi petani yang mengalami kegagalan panen melalui asuransi pertanian.
Pemerintah akan mencetak 1 juta hektar sawah baru khususnya di luar Jawa (Sumber foto: freedigitalphotos.net) |
Perempuan Indonesia Ikut Serta dalam Program Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak atas Pangan (Sumber foto: Oxfam Indonesia) |
Banyak yang berpikir jika masalah produktivitas pertanian dan kelaparan adalah semata-mata tugas Pemeritah dan lembaga-lembaga besar saja. Namun kehadiran Dea Ananda sebagai salah seorang pembicara memberi perspektif baru bagi saya. Dari mantan artis cilik ini saya mengetahui bahwa 33,3 persen makanan kita terbuang percuma di tong-tong sampah. Seandainya kita bisa lebih berhati-hati dan menghabiskan makanan secukupnya, tentu saja sisa-sisa makanan tersebut sangat membantu saudara-saudara kita yang kelaparan.
Dea Ananda Tampil sebagai Pembicara (Sumber Dokumentasi FAA PPMI (Sumber dokumentasi FAA PPMI) |
Namun pernah suat saat dia ikut-ikutan makanan ala-ala luar negri dengan menambahkan chia ke dalam makanannya. Hasilnya dia mesti diopname di rumah sakit karena pencernaannya yang begitu lancar. Apa pesan Dea Ananda untuk kita dalam hal ini? Pesannya adalah kita harus lebih mencintai makanan-makanan lokal yang tak kalah bergizi, sehat, dan lezatnya dibandingkan makanan dari luar. Selain itu,tentunya harganya lebih murah. Dia mengajak kita untuk bisa berbangga seperti artis-artis Korea yang sangat bangga dengan kimchinya atau seperti orang-orang Jepang yang sangat bangga dengan sushinya.
Percayalah dengan rasa bangga tersebut, kita bisa membantu para petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan katakan selamat tinggal pada kelaparan. Ayo kita bergandengan tangan untuk itu!
Buat sukseskan kedaulatan pangan kita sebagai konsumen juga bisa berperan dengan makan secukupnya ya.
BalasHapusYap, setuju sama Helena, sbg konsumen, salah satu upaya yg bisa kita lakukan adalah dg menjadi konsumen cerdas dan makan secukupnya. Pikirkan masih ada orang lain yg membutuhkan, jangan buang makanan :)
BalasHapusAcara ini membukakan mata bahwa keberagaman pangan lokal kita sangat bervariasi tapi kurang dioptimalkan manfaatnya :(
BalasHapusIya, ilmu yang bermamfaat banget
BalasHapusKalo bukan kita yang memajukan,siapa lagi.Pangan kita adalah aset negara
BalasHapusProgram pertanian musti digalakkan agar generasi sekrang bangga menjadi petani
BalasHapus